EKONOMI

Beban HTLN Menurut Kacamata Mantan Aktivis Mahasiswa

Jakarta, penapersatuan.com – Di tengah berbagai polemik sengketa Pemilu 2024, denyut nadi perekonomian nasional terbilang tidak aman-aman saja. Sekalipun dampak ekonomi global yang sudah melanda seluruh dunia.

Indonesia terbilang masih tangguh dengan pertumbuhan 3.8-7 persen sekalipun terkena dampak defisit, negara masih dapat pendapatan (surplus) 30-70 Trilyun.

Kendati demikian, dari laporan data Kementerian Keuangan dan BI.go id April 2024 tetap saja jumlah HTLN (Hutang Luar Negeri) total Jenderal sudah menyentuh ke angka 8000 Trilyun lebih.

Tentu itu menjadi beban tersendiri bagi pemerintahan berikutnya. Dimana cicilan dan bunga hutang negara diwarisi oleh pemerintahan berikutnya.

Transisi pemerintahan di Indonesia, dari jaman ke jaman telah mengalami pola dan jaman tersendiri. Sudah 7 kali kita mengalami estafeta kepemimpinan nasional. ( Data warisan hutang dari era soekarno sampe dengan Jokowi).

Negara Indonesia dengan jumlah pulau 17 000 lebih dan lautan terbesar di Dunia dengan segala kekayaan di dalamnya (air, laut, udara) semestinya menghasilkan kesejahteraan sosial bersama. Harapan besar sesuai cita-cita bangsa terpikul di para pemimpin bangsa yang tengah bersengketa di MK.

Ini sungguh Republik penuh sengketa. Mulai sengketa Pemilu, sengketa batas wilayah negara dan seabrek warisan negara kepada seluruh rakyat Indonesia. Jika beban utang dipikul seluruh rakyat, siapa yang mau?

Warisan kok hutang? Tapi ditengah galaunya seabrek “PR” besar, estafeta pemerintahan mestinya berjalan damai. Toh, rakyat masih bisa makan di negara yang diurus dengan baik ini (dengan good goverment dan good maintanance) suatu saat nanti menghasilkan good food.

Tentu bangsa yang masih ribut bansos dan seabrek blt, jamkesmas, kartu kerja, kartu pupuk dlsb suatu saat nanti akan sadar dalam nalar sehat tertinggi bahwa ketenangan dan kebahagiaan itu harus berhilir dan bermuara, dari kesadaran hidup bersama ini ujungnya adalah bahagia dan sejahtera bersama. Meminjam pak RT, “demi kesejahteraan bersama ” baiknya……

Nah kembali ke soal beban hutang negara, kita sebagai rakyat biasa sudah mewakilkan asa perjuangan ke wakil wakil yang akan mengurus dan mengatur arah bangsa ini ke depan.
Harapan lepas sengketa Pemilu di MK semua bersepakat tentunya agar rumah tangga Keuangan negara tidak njomplang lagi.

Dari sumber data seorang analis Keuangan, kita enggan melihat lajur keseimbangan pola pendapatan dan pengeluaran. Itulah yang melahirkan defisit. Ada duit, tapi jangan pake hutang. Ini persoalan, dan beban berikutnya negara juga jangan terlalu membebani rakyat kecil dengan banyak pungutan dan pajak. Ada 25 juta rakyat Indonesia masih miskin (sehingga perlu) dikelola oleh Kemensos dan itu juga hasilnya penuh sengketa.

Hari-hari belakangan ini tak terasa sudah jelang idul fitri (lebaran). Tentu lebaran kini juga masih semarak seperti awal lebaran yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Di akhir jelang lebaran tahun ini tentu berharap banyak dan mimpi yang indah agar lebih baik dari tahun-tahun kemarin.

Dien Islam ini dalam satu tahun , juga menghisab pada akhir bulan puasa dan merayakannya dengan penuh kegembiraan dari berzakat, dan malam takbir hari raya. Semua berharap ujung lebaran tahun ini bisa lebih meriah dan bergembira bersama.

Ucapan dan persiapan jelang lebaran dengan menyambut malam-malam lailatul qodar lebih semarak lagi. Allohuma afuwwun kariem, tu wibul afwa fa”fu ‘ani ya kariem….dan ucapan yang pas lebaran tahun ini smoga melahirkan insan-insan bertakwa dan berkarakter saleh sosial.

Banyak khilaf dan ucapan tak mengenakan mohon dimaafkan. Taqobalallohu minta wa minkum minnal ‘aidzien wal faidzien, mohon maaf lahir batin.

(AST)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *