BUDAYA

Topeng Blantek Melenggang di Forum Seminar Internasional ISOT 2024

Penapersatuan.com – Fakultas Ilmu Budaya dari Universitas Halu Oleo menyelenggarakan seminar internasional yang berjudul International Seminar on Oral Tradition (ISOT) pada tanggal 30-31 Oktober 2024. Seminar yang memiliki tema “preserving tradition, sustaining nature” ini diselenggarakan secara luring di Zahra Syariah Hotel Kendari, Sulawesi Tenggara dan secara daring.

Pada 31 Oktober 2024, sekitar 38 presenter melakukan presentasi. Masing-masing presenter membawa judul yang berkaitan dengan tradisi lisan.

Salah satunya, saat sesi presentasi ini, hadir presenter yang membawakan judul “Properties of Topeng Blantek Theater: Origin Stories, Rules, and Function”. Penelitian ini dilakukan oleh Gres Grasia Azmin, Siti Gomo Attas, Eky Kusuma Hapsari, Shela, Putri Reyna Lubis, dan Fatin Riza Azizah. Mereka merupakan dosen dan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

Pada penjelasannya, penelitian dilatarbelakangi oleh realita bahwa masyarakat Betawi yang semakin jarang mengetahui kesenian Topeng Blantek hingga berdampak juga pada jarangnya penelitian terkait kesenian tersebut.

“Padahal, Topeng Blantek menjadi warisan budaya tak benda DKI Jakarta tahun 2016,” ucap presenter, Reyna pada presentasi seminar ISOT.

Dengan begitu, dilakukan penelitian pada komunitas teater Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena di Petukangan melalui wawancara, observasi pada latihan dan pementasan, serta kajian kepustakaan terkait Topeng Blantek.

Kemudian dapat diidentifikasi bahwa teater Topeng Blantek tidak berubah pola permainannya, perubahan hanya terletak pada ide cerita dan konsep penampilan. Pada komunitas teater tersebut pun ditemukan standar dari pertunjukan teater Topeng Blantek yang merujuk kepada penggunaan properti ketika pertunjukan seperti sundung, obor, properti untuk tokoh panjak dan nayaga, tata busana, tata bunyi dan musik, serta topeng/kedok.

Setiap properti memiliki cerita, fungsi, bahkan sampai memiliki filosofinya tersendiri yang sangat kental oleh kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Properti juga akan saling melengkapi untuk menyempurnakan pertunjukan.

Sehingga, disebutkan jika saja ada satu properti yang tidak digunakan maka tidak bisa disebut sebagai teater Topeng Blantek. Gres Grasia Azmin memberi contoh,”dari penelitian, kami ketahui pada zaman dahulu kala, obor digunakan antara lain sebagai penerangan pementasan, namun di masa modern ini, obor tidak dihilangkan dari pementasan meski fungsinya kini sudah bergeser.”

Setelah menjelaskan hasil penelitian tentang pertunjukan teater Topeng Blantek, presenter menutup presentasinya dengan memberikan kesimpulan. Ia menyebutkan bahwa Topeng Blantek adalah sebuah tradisi dari cerminan masyarakat Betawi yang bersifat lisan karena tidak ada naskah tertulis untuk pertunjukan. Ditegaskan pula properti yang telah menjadi pakem pertunjukan teater tersebut menjadi ciri pembeda topeng blantek dengan teater tradisional lainnya.

“Properti Topeng Blantek punya kisah dan fungsinya masing-masing yang menjadi acuan, apabila salah satunya tidak ada, maka pertunjukan belum dapat disebut teater Topeng Blantek,” pungkasnya.

(Rahmatullah HMHA Rasyid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *