Melemahnya Rupiah Ancaman terhadap Perekonomian Nasional
Penapersatuan.com – Pada Selasa (11/6/2024), rupiah ditutup melemah 8,50 poin atau 0,05% menuju level Rp16.291 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan pagi ini, Rabu (12/6/2024) mata uang Garuda melemah 0,09% menuju posisi Rp16.300/US$. Depresiasi rupiah ini melanjutkan pelemahan yang sudah terjadi sejak Senin. Artinya, rupiah sudah mau tiga hari beruntun bergerak di zona merah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (14/6/2024), usai The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50%.
Pada perdagangan Kamis (13/6), rupiah menutup perdagangan dengan kenaikan sebesar 0,15% atau 24 poin ke posisi Rp16.270 per dolar AS. Pada saat bersamaan indeks dolar AS melemah 0,23% ke posisi 104,375.
Untuk diketahui, rapat FOMC bulan Juni ini, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan, Federal Funds Rate (FFR), tidak berubah pada kisaran target 5,25% – 5,50%. The Fed telah mengindikasikan bahwa Fed tidak akan menurunkan FFR hingga Fed memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%.
1 Dolar Amerika Serikat sama dengan 16.486,50 Rupiah Indonesia, pada Ahad 16 Jun, 00.58 UTC · dolar AS bergerak menguat kencang dan sesaat sempat menembus level Rp 16.400, sebelum akhirnya penguatan terpangkas dan ditutup menguat 0,80% Rp 16.375.
Mengutip data Refinitiv, sekitar setengah jam sebelum pasar tutup dolar yang dibuka di level Rp 16.375 sempat diperdagangkan di posisi Rp 16.415 di level terendah. Intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) akhirnya mampu membawa rupiah balik ke level di bawah Rp 16.400.
Pelemahan ini terus menjadi level terendah rupiah sejak awal pandemi covid-19.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah masih stabil. Walau melemah, rupiah masih terjaga di banding sejumlah mata uang negara lain.
“Rupiah salah satu yang terbaik di dunia. Rupiah kita sangat stabil. Salah satu yang terbaik di dunia,” ujar Perry di Istana Presiden, Jumat 14 Juni 2024.
Perry mengatakan BI terus berada di pasar memantau perkembangan nilai tukar rupiah dan siap melakukan intervensi bila dibutuhkan. BI juga siap memastikan pasokan dolar terjaga di dalam negeri.
Intervensi BI
Bank Indonesia (BI) diketahui terus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini mengingat dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi ini sudah menembus Rp16.385.
“BI masuk pasar untuk menjaga jangan sampai confidence market menurun, melalui triple intervention,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto.
Pelemahan nilai tukar rupiah, apabila terus berlanjut, akan berdampak pada dinamika ekonomi Indonesia. Pelemahan rupiah bisa menjadi ancaman serius terhadap perekonomian nasional.
Menurut analis ekonomi politik, Kusfiardi, pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan secara internal. Hal ini mencerminkan kondisi global yang memainkan peran penting dalam menentukan nilai tukar rupiah, terutama dengan penguatan dolar AS yang didorong oleh data ekonomi yang positif di Amerika Serikat.
Salah satu ancaman yang dihadapi perekonomian nasional adalah meningkatnya inflasi dan penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan biaya impor barang dan jasa. Hal ini bisa menggerus daya beli masyarakat, terutama dalam membeli barang-barang kebutuhan pokok dan energi. Selain itu, pelemahan rupiah juga meningkatkan beban keuangan bagi perusahaan dan pemerintah yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS, mengurangi fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan mereka.
Tidak hanya itu, pelemahan rupiah juga menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, mempengaruhi kepercayaan investor, dan menyebabkan kelangkaan modal. Seluruh lapisan masyarakat juga merasakan dampaknya, terutama dalam meningkatnya biaya hidup dan kebutuhan dasar.
Untuk menghadapi tantangan ini, Kusfiardi menyarankan beberapa langkah mitigasi, antara lain kebijakan moneter dan fiskal yang tepat, mendorong sektor ekspor, menjaga stabilitas politik dan hukum, serta memperkuat sektor keuangan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pelemahan rupiah dan membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat untuk masa depan.
Dengan demikian, pelemahan nilai tukar rupiah memang menjadi perhatian serius bagi perekonomian nasional. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, tantangan ini dapat diatasi, dan kesempatan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat dimanfaatkan secara optimal.
(Aji Setiawan)