EKONOMI

Kritik dari Para Aktivis Anti Utang

Jakarta, penapersatuan.com – Hutang Luar Negeri (HTLN)  perlu mendapat sorotan dari banyak aktivis  mahasiswa Mei 1998 yang berhasil menumbangkan Rezim Orba (Era rezim Soeharto).

“Utang yang bertambah secara fantastis resiko rezim pragmatis malas bekerja untuk mendptkan penerimaan negara. Sisi lain menggunakan ABPN untuk populisme dan elektoral, “kata Kusfiardi, SE mantan Ketua Koalisi Anti Utang Indonesia.

“Fundamental ekonomi juga tidak diurus, “ jelas Kusfiatrdi dari 1996-2024. Ditambahkan pemerintah jadi kecanduan utang.

Keprihatinsn juga datang dari Umsr Said,MAg, mantan Ketua PC PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Cabang Cilacap Jawa Tengah.

”Utang nya tambah banyak.Memang hoby ngutang, “ kata Umar Said penuh prihatin.

Padahal Hutang Luar Negeri itu ada bunga dan cicilan. “Nanti terbelit, “ tegas Umar Said.

Seruan kepada Pemerintah RI sekarang dan akan datang agar tidak berhutang dengan luar juga disampaikan oleh Aji Setiawan.ST,

“Pola lama dengan teori gali lubang tutup lubang, itu pola lama.Bahkan ibarat gali lubang tutup lautan, ” kata Aji Setiawan,ST mantan Sekretaris demisioner Pergerakan Mahasiwa Islam Indonesia Komisariat KH Wachid Hasyim Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 

Selain itu, lanjut Aji, belanja rutin pegawai yang mencapai 2000 T juga direvisi sampai  biaya dan belanja pegawai perlu diperketat pengeluarannya (lebih mengencangkan ikat pinggang). 

“Dari sektor pariwisata, BUMN , maritim dan investasi harus tumbuh. Target pajak yang mencapai 2800 Trilyun pada 21 April harus sudah diperjelas, “ kata Aji Setiawan,ST yang juga pernah jadi Anggota Litbang PMII Cabang Yogya (Gowok).

Tak lupa juga sektor industri bisa tumbuh 30% dari sektor malming. Dan 12 industri unggulan bisa digenjot lagi menjadi 20 produk komoditas unggulan.

“Khusus HTLN, pemerintah harus punya program dan skema untuk melunasi hutang. Bisa dengan rescuduling (menjadwal ulang) pelunasan hutang serta bila perlu mengajukan korting hutang. Tirulah strategi Jerman dalam melunasi hutang dengan program korting hutang (DM).” Jelas Aji S yang juga adalah alumni Teknik dan Manajemen Industri , Fakultas Teknologi Industri  Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 

Bila dicermati sumber pengeluaran Negara yang selalu lebih besar dari pendapatan negara (sumber defisit) tiada lain dengan meningkatkan pendapatan negara sekaligus memangkas biaya pengeluaran negara. Jadi, Tidak perlu berhutang lagi ,” pungkas  Aji Setiawan.

Pemerintah mendatang tentu punya trik serius untuk menyikapi HTLN, “ tambah Mantan Ketua PWI Reformasi Dista (Daerah Istimewa) Jogjakarta.

Alm KH Maemoen Zubair , Pengasuh Ponpes Al Anwar , Karanganyar, Sarang Rembang Jawa Tengah jauh jauh hari pernah berpesan  dengan nada  ketegasan soal HTLN, “Indonesia bila  banyak berhutang itu tidak baik, karena akibatnya didikte oleh asing,” kata Mbah Kyai Maemun Zubair, mantan Ketua Majelis Syariah PPP.

(Aji Setiawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *