Jaga Keharmonisan Jelang Pemilu 2024
Jakarta, penapersatuan.com – Seluruh masyarakat Indonesia sedang menikmati pesta demokrasi dan sedang menyiapkan diri untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024 yang waktunya kian makin dekat. Mudahnya informasi yang diterima masyarakat mengenai calon-calon pemimpin negara maupun daerah menjadi sebuah tantangan untuk dapat cerdas mengelola informasi dan menggunakan hak pilihnya secara bijak.
Krisantus Kurniawan, S.IP., M.Si selaku Anggota Komisi I DPR RI mengatakan bahwa kegitan pemilu merupakan kesempatan istimewa bagi seluruh masyarakat Indonesia, karena melalui pemilu masa depan bangsa Indonesia 5 tahun kedepan akan dipertaruhkan.
“Kita akan menghadapi pemilu 2024 secara serentak, mari gunakan hak pilih kita secara bijaksana karena akan mempengaruhi kehidupan kita 5 tahun ke depan,” kata Krisantus pada Webinar Forum Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (DJIKP) Kemkominfo RI mengusung tema ‘Mewujudkan Pemilu Damai 2024 untuk Indonesia yang Adil dan Makmur’ secara virtual, Jakarta, Selasa (23/01/2024).
Menurut Krisantus, pelaksanaan pemilu tahun 2024 dipastikan akan banyak informasi hoax yang berkembang di tengah masyarakat, terutama melalui media sosial.
“Kita perlu waspadai berita hoax menjelang pemilu, sebab dampaknya akan menyebabkan perpecahan antar masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Anggota Komisi I DPR RI menyebut, baik pemilu nasional maupun pemilu lokal, isu-isu SARA kerap dipolitisasi oleh elit politik untuk mendulang suara. Akibatnya rakyat menjadi terkotak-kotak dan kericuhan kerap terjadi.
“Semua bisa diaasi dengan memberikan pemahaman dan peningkatan kemampuan literasi digital agar masyarakat dapat mengelola informasi secara cerdas dan bijak,” tutupnya.
Sementara itu, Pegiat Literasi Digital PPI UK, Intan Destia Helmi memaparkan the power of alghorithm pada media sosial dapat membentuk opini publik.
“Pengaturan algoritma pada media sosial dapat menciptakan gelembung informasi di antara pengguna. Pengguna yang hanya terpapar pada satu sumber informasi atau pandangan yang serupa cenderung semakin terpolarisasi dalam opini mereka,” terang Intan.
Menurutnya, jelang pemilu 2024 algoritma dalam media sosial perlu diwaspadai karena dia turut berperan dalam mempengaruhi isu-isu yang kontroversial atau provokatif karena memiliki tingkat interaksi yang tinggi.
“Jika kalian hanya mematokkan fokus pada satu paslon atau caleg, seperti hanya fokus ke satu media, membuat diri kalian lupa bahwasanya kalian sendirilah yang mengalihkan pandangan kalian, dan itu yang diinginkan sama those in power,” ungkap Pegiat Literasi Digital PPI UK.
Sementara itu narasumber selanjutnya, Gun Gun Siswadi selaku Pegiat Literasi Digital menyebutkan Pemilu 2024 akan didominasi oleh para pemilih muda yakni yang berusia 17 – 40 tahun atau generasi Milenial dan generasi Z, dengan presentase kurang lebih 52% dari total pemilih di Indonesia atau sebanyak 106.358.447 pemilih.
“Rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman politik, dan maraknya berita hoax di media sosial, serta penggunaan media sosial yang tidak produktif merupakan tantangan yang harus dihadapi bagi pemilih muda jelang pemilu 2024,” kata Gun Gun.
Gun Gun menjelaskan, berita bohong atau hoax biasanya bersifat provokatif, membuat emosi tidak stabil, hingga dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
“Maka dari itu perlunya menangkal hoax secara cerdas, yaitu dengan periksa kebenaran, cek kesesuaian antara judul dengan isi berita, cek sumber berita, periksa foto dan video berita tersebut, dan waspadai berita yang berbentuk forward massage,” sebut Gun Gun.
Ia melanjutkan, apabila berita tersebut telah dipastikan hoax, maka segera laporkan berita tersebut dengan cara capture beritanya, sertakan link berita tersebut, kemudian kirim filenya ke aduankonten@mail.kominfo.go.id.
“Dalam rangka menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jelang pemilu 2024 para pemilih harus menghindari politik uang, penggunaan isi SARA, serta upaya-upaya yang dapat memecah belah persatuan bangsa,” pungkasnya.
(AW/Rls)