KH R Fawaid As’ad; Pejuang Tangguh dari Situbondo
Penapersatuan.com – Lahir dengan nama lengkap Ahmad Fawaid As’ad Syamsul Arifin biasa dipanggil dengan panggilan Kyai Fawaid. Anak dari K.H. As’ad Syamsul Arifin sebagai pendiri pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Situbondo ini lahir pada tahun 1969.
K.H. Fawaid merupakan Ulama Nahdlatul Ulama berpengaruh sekaligus menjadi pengasuh pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Situbondo. Pondok pesantren tersebut awalnya merupakan hutan lebat yang dipenuhi dengan binatang buas. Kemudian ditebanglah pepohonan hutan tersebut pada tahun 1908 dan dibangunlah sebuah pondok pesantren di tahun 1914 oleh K.H Syamsul Arifin.
Lokasi pondok pesantren Salafiyah tersebut berada di Sukorejo dengan areal tanah seluas 11,9 Ha. Saat ini pondok pesantren salafiyah Syafi’iyah Asembagus Situbondo sudah memiliki murid hingga kurang lebih 15000 murid santri dari berbagi penjuru daerah. Bahkan ada pula yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Pondok pesantren ini juga mengembangkan pendidikan umum di antaranya SMP, SMA, Ma’had Aly dan Institut Agama Islam Ibrahimy.
Dalam kepemimpinannya sejak menggantikan Almarhum ayahnya, K.H Fawaid membenahi sistem manajemen pondok dengan menyesuaikan perkembangan zaman, salah satu kebijaksanaan yang diterapkan adalah menerapkan manajemen terbuka yang mana dalam hal ini diadakan pemilihan beberapa santri yang mempunyai prestasi agar bisa memegang posisi penting dalam kepengurusan pondok pesantren. Dari penerapan yang diusulkan K.H. Fawaid ini membuahkan hasil yang menakjubkan dan pondok pesantren Salafiyahpun semakin berkembang dengan pesat.
KHR. Fawaid As’ad adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo generasi ketiga. Sebagai penerus beliau telah mampu membuktikan bahwa beliau tidak hanya mampu melanjutkan, tetapi juga bisa mampu mengembangkan serta melakukan inovasi dengan terobosan baru sehingga pesantren Salafiyah Syafi’iyah bisa berkembang pesat dengan memadukan pesantren salaf dan modern. Pesantren ini didirikan pada tahun 1914 oleh KH. Syamsul Arifin (kakek Kiai Fawaid). Dan saat ini santrinya diperkirakan 13.000 santri dari berbagai daerah bahkan diantaranya bersal dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
Kepergian KHR. Ahmad Fawaid As’ad pada hari Jumat 9 Maret 2012, jam 12.15 di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya telah mengisahkan duka yang mendalam, tidak hanya bagi keluarga dilingkungan pesantren tetapi juga masyarakat luar yang menghormati dan mencintai sepenuh hati. KHR. Ahmad Fawaid A’ad sebagai seorang pengasuh pondok pesantren yang besar di daerah ujung timur pulau jawa, mempunyai banyak aktivitas padat yaitu salalu meluangkan waktunya melakukan rapat langsung dengan para pengurus pondok, sehingga menimalisir jarak sosial antara kiai dan santrinya.
Kiai Fawaid juga berupaya meningkatkan taraf hidup penduduk dilingkungan pesantren dengan melibatkan mereka untuk memenuhi kebutuhan para santri. Sehingga penduduk merasakan dampak positif tidak hanya segi spiritual tapi juga taraf hidup mereka yang lebih baik. Kepedulian sosial beliau terhadap masyarakat luar biasa dan tak diragukan lagi, bahkan beberapa hari sebelum meninggal beliau masih sempat memberikan santunan kepada 500 anak yatim dan fakir mikin masing-masing berjumlah Rp. 500.0000 .
Tentu menyadari sebagai ulama, Kiai Fawaid hidupnya didunia tidak akan lama lagi, meski tidak tahu pasti kapan ia akan dipanggil oleh Allah. Namun, beliau telah mempersiapkan penerusnya sebagai pengasuh pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah, yaitu menunjuk Gus Ahmad Azaim Ibrahimi putra pasangan KH. Dhafir Munawar dan Nyai Hj. Zainiyah As’ad. Sehingga kepergiannya yang secara tiba-tiba kembali ke Rahmatullah, tidak menjadikan pesantren kalang kabut, tapi tetap tegak berdiri meski telah kehilangan pengasuhnya. Kiai Fawaid telah mempersipakan sistem dan pengelolaan yang matang untuk masa depan pesantren.
Keseharian KHR. Ahmad Fawaid As’ad yang patut diteladani oleh para generasi muda, santri, khususnya para pengasuh pesantren. Istiqamah membaca al-Qur’an, shalat berjama’ah setiap hari dalam kondisi apapun adalah amaliah yang tidak pernah ditinggalkannya. Bahkan dalam melakukan perjalanan, Kiai Fawaid selalu membaca al-Qur’an. Jadi tidak heran jika dalam satu minggu Kiai Fawaid selalu menghatamkan al-Qur’an minimal satu kali.
Selain sebagai pemuka agama yang kharismatik, almarhum KH Fawaid As’ad, juga dikenal sebagai politisi yang tangguh dan memiliki komitmen perjuangan yang kuat. Namanya tercatat sebagai politisi yang berhasil mengangkat nama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Kabupaten Situbondo Jawa Timur setelah sejak tumbangnya Orde Baru. ”Pada awal masa reformasi, PPP hampir tidak dapat kursi di Situbondo. Namun setelah dipimpin beliau, (PPP) langsung meraih 12 kursi,” kata Ketua Dewan Pengurus Wilayah PPP Jawa Timur, Musyafak Noer.
Bagi Musyafak, putra mendiang KH As’ad Syamsul Arifin itu merupakan pribadi yang besar hati. Pengalaman menyentuh yang tidak pernah dilupakannya saat dia bersama almarhum mencalonkan diri sebagai Ketua DPW PPP Jawa Timur.
Bahkan saat masa sulit , PPP Situbondo pernah meraih 12 kursi di DPRD Situbondo, Jawa Timur.
Selain sebagai tokoh agama yang kharismatik KHR Achmad Fawaid As’ad juga dikenal sebagai politisi yang memiliki komitmen dan tangguh dalam perjuangannya. Kiyai Fawaid bahkan tercatat sebagai politisi yang berhasil mengangkat nama PPP di Kabupaten Situbondo.
Ketua DPC PPP Kabupaten Situbondo, Hj Zainiye mengungkapkan betapa hebat dan teladannya Almarhum KHR Achmad Fawaid As’ad bagi kader PPP, khususnya PPP Kabupaten Situbondo, baginya kyai Fawaid merupakan sosok politisi yang benar-benar tidak padang bulu jika menyangkut Kebenaran.
“Perjuangan KHR Achmad Fawaid As’ad tidak main-main terhadap PPP, hal tersebut terbukti pada tahun 2004 Kyai Fawaid hijrah dari PKB ke PPP, beliau berhasil mengangkat nama PPP dengan menghasilkan 12 kursi untuk PPP di DPRD Situbondo dari sebelumnya 0 kursi,” ujar srikandi PPP Situbondo.
Lebih lanjut, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur itu juga menjelaskan bahwa KHR Achmad Fawaid As’ad merupakan role model bagi kader PPP Kabupaten Situbondo, dimana Almarhum kyai Fawaid dalam berjuang selalu mementingkan kepentingan umat atau masyarakat dibandingkan kepentingan partai atau dirinya sendiri, demi mengangkat nama baik PPP di Mata masyarakat.
“Beliau, KHR Achmad Fawaid As’ad merupakan politisi yang tidak pernah menikmati hasil politiknya, semua dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,” imbuh Zainiye.
Pesan Almarhum KHR Achmad Fawaid, kata Zainiye, bagaimana kader dalam menerapkan prinsip amal ma’ruf nahi munkar sebagai salah satu prinsip perjuangan partai.
“Pesan kyai Fawaid kepada kader adalah tidak boleh ada transaksi untung rugi dalam memperjuangkan partai, bukan lagi tentang apa yang bisa kita dapatkan dari partai tapi apa yang bisa kader berikan dan lakukan untuk partai,” jelasnya.
“Karena pemimpin itu kata Kyai Fawaid, bukan milik golongan atau kelompok, tapi milik masyarakat secara keseluruhan,” pungkas Zainiye.
(Aji Setiawan)