DAERAH

Haul Mbah Hisyam Kalijaran ke 35 Dihadiri Ganjar Pranowo dan Gus Muwafiq

Purbalingga, penapersatuan.com – Ribuan warga Purbalingga dan sekitarnya berkumpul di kompleks Pondok Pesantren Roudlotussholichin Sholichat Kalijaran, Senin (30/10/2023). Dengan antusias, mereka mengikuti haul Kyai Hisyam Abdul Karim Kalijaran ke-35.

Sejak siang hari, masyarakat berdatangan dari penjuru daerah ke Pondok Pesantren milik keluarga Siti Atikoh Supriyanti, istri Ganjar Pranowo. Siti Atikoh merupakan cucu dari Mbah Hisyam Kalijaran yang dikenal sebagai ulama kharismatik asal Jawa Tengah.

Acara haul Mbah Hisyam tahun ini begitu meriah menghadirkan Gus Muwafiq sebagai penceramah membuat jemaah haul sangat antusias. Mereka datang dari  Banyumas, Banjarnegara, Brebes, Tegal, Cilacap dan lainnya, bahkan ada juga yang dari Jakarta, Jawa Timur hingga Sumatera.

Masyarakat rela kepanasan demi mengikuti acara Haul Mbah Hisyam. Bahkan saat sore, hujan turun cukup deras. Namun masyarakat enggan meninggalkan lokasi haul.

Ketika Ganjar dan istri tiba di lokasi sekira pukul 17.00 WIB, warga langsung berebut mendekat untuk menyalaminya. Mereka tak peduli harus berdesakan demi bersalaman dan menyapa Ganjar dan istri
Setelah sampai, Ganjar langsung didapuk memberikan sambutan mewakili keluarga Bani Hisyam.

Kepada masyarakat yang hadir, Ganjar mengucapkan terima kasih karena telah menghadiri undangan haul keluarga besarnya.

“Terima kasih bapak ibu sudah hadir di haul Mbah Hisyam. Saya minta maaf karena terlambat, tadi harus mengikuti acara di Jakarta. Tapi saya bersyukur masih bisa ke Kalijaran dan bertemu bapak ibu semuanya,” ucap Ganjar.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga meluncurkan buku biografi Mbah Hisyam Kalijaran. Buku itu dibagikan pada masyarakat dan diharapkan bisa menjadi pengajaran semuanya.

“Dan sebagai keluarga kami juga bangga, karena pondok ini semakin besar dan beberapa tanah warga diwakafkan untuk pengembangannya. Ini bagian dari kedekatan masyarakat pada sosok Mbah Hisyam dan kami sebagai anak cucu sekarang berusaha mengembangkannya agar memberikan manfaat untuk masyarakat banyak,” pungkas Ganjar.

Sebelumnya rombongan Gus Muwwafik beserta istri dikawal ratusan banser disambut oleh KH Abdul Ghofur Arifin (Pengasuh Ponpes Darussalam), KH   AM Billah (Kalijaran), Bupati Purbalingga , Hj Tiwi, Hj Nurul Hidayah S, SH . M.Si (Anggota DPRD I FPPP Jawa Tengah ) dan Gus Khayayul Makki (Gus Hayat , mantan anggota FPPP DPRD I Jawa Tengah) dan keluarga besarpondok pesantren Roudlotussholichin Sholichat Kalijaran Purbalingga.

KH Ahmad Muwafiq yakin jika perjuangan Mbah Hisyam Kalijaran dalam memajukan Indonesia tidak akan padam. Api perjuangan itu akan terus berkobar, karena dilanjutkan oleh anak keturunannya. Salah satunya adalah cucu mantu Mbah Hisyam Kalijaran yang juga bakal calon presiden (Bacapres) 2024, Ganjar Pranowo.

“Mas Ganjar itu cucu mantu Mbah Hisyam Kalijaran. Pasti Mas Ganjar mengikuti gaya mbah Hisyam dalam berjuang di tengah masyarakat,” kata Gus Muwafiq.

Sosok Mbah Hisyam lanjut Gus Muwafiq pasti banyak mempengaruhi dalam jejak langkah seorang Ganjar. Makanya tidak heran jika selama menjadi Gubernur Jateng, Ganjar sangat dekat dengan para ulama dan pesantren.

“Ya semua pasti akan mengikuti jejak para pendahulunya. Karena nggak mungkin pendahulu meninggalkan sesuatu tanpa ada jejak. Dan orang orang sekarang seperti Mas Ganjar pasti akan mengikuti,” kata dia.

Gus Muwafiq juga mengatakan bahwa masyarakat Jawa Tengah khususnya Purbalingga patut bersyukur. Sebab salah satu keluarga besar Mbah Hisyam Kalijaran ada yang mencalonkan diri sebagai presiden 2024.

“Sampeyan bejo (bapak ibu beruntung) ada keluarga besar yang siap jadi presiden. Sebab, tidak sembarang orang bisa jadi presiden. Maka mari kita doakan beliau, semoga Pak Ganjar jadi presiden kita semua. Alfatihah,” pungkas Gus Muwafiq.

Acara haul Mbah Hisyam tahun ini begitu meriah. Selain menghadirkan Gus Muwafiq sebagai penceramah, berbagai lomba digelar seperti video lagu Lam Ya Talim, karangan KH Hisyam, pada peringatan hari Santri tanggal 22 Oktober 2023 juga digelar jalan sehat dengan Hadiah Utama , Umroh gratis dan ratusan hadiah hiburan lainnya.

TOKOH
 
Kiai Hisyam Abdul Karim, Ulama sekaligus Pejuang. Kiai Hisyam, pemimpin Pesantren Kalijaran, menerima kedatanganku di pendapa rumahnya. Seorang laki-laki bertubuh kekar dengan sinar matanya yang jernih, aku taksir usianya belum 50 tahun.

Dengan mengenakan peci tarbus merah yang sudah lepas koncernya, dihiasi oleh jenggotnya yang tak begitu tebal, menimbulkan gambaran suatu wajah yang lucu, tetapi menyenangkan.
 
Itulah sekilas gambaran tentang KH. Hisyam Abdul Karim, seorang ulama yang terpandang di Purbalingga, Jawa Tengah. Selain itu ia juga merupakan tokoh ulama yang ikut berjuang melawan penjajah, seperti yang dikisahkan KH Saifuddin Zuhri dalam Guruku Orang-orang dari Pesantren (1974).
 
Saat itu Kiai Saifuddin bertamu ke pesantren Kalijaran di tengah perang kemerdekaan melawan Belanda (kisaran tahun 1940-an) untuk mengadakan konsolidasi ke tokoh-tokoh setempat. 
 
Tentang biografi KH Hisyam, salah seorang murid beliau, Kiai Syamsul Qodri Banyumas pernah menulis. “Ada sedikit catatan dalam buku harianku, bahwa beliau itu dilahirkan pada tanggal 8 Agustus 1909,” tulis Kiai Syamsul.
 
Kemudian mengenai orang tua Kiai Hisyam dijelaskan kembali oleh Kiai Syamsul. “Ayah beliau bernama Abdul Kariem, Bau Desa Kalijaran dan Guru Rodad. Nama kecil beliau adalah Qosim, aku tahu nama ini ketika aku menyalin kitab-kitab Falak yang diserahkan kepadaku,” ungkapnya.
 
Adapun mengenai pendidikan formal Kiai Hisyam, hanya sampai setingkat dengan SD. Selain sekolah formal, beliau juga rajin ngaji kepada ustadz di kampungnya. Kemudian beliau berguru kepada Kiai Dahlan di Desa Kaliwangi Mrébét. Di Pondok Leler Banyumas, beliau berguru kepada Kiai Zuhdi, dan di Pondok Jampes Kediri berguru kepada Kiai Dahlan.
 
Secara khusus, dalam bidang qiroatul Qur’an, Kiai Hisyam berguru kepada Kiai Yusuf Buntet Cirebon, dan Kiai Nuh Pager Aji Cilongok. Dalam bidang Thoriqoh, beliau berguru kepada Kiai Rifa’i Sokaraja. Beliau menikah pada tahun 1927 dengan seorang gadis ber nama Rumiyah putri Carik Desa Kalijaran.
 
Usai nyantri di berbagai pesantren, dengan restu sang guru, Syekh Dahlan Ihsan, KH Hisyam kemudian mendirikan Pondok Pesantren Sukawarah di Pedukuhan Sokawera, Desa Kalijaran, Karanganyar, Purbalingga.

Pada perkembangannya, Pondok Kalijaran, sekitar tahun 1969 di sana sudah dibangun MTsAIN (Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri). Sebuah Nama sekolah yang cukup berwibawa didengar waktu itu. Sebab, di Jawa Tengah baru ada dua Tsanawiyah Negeri. Di Babakan Tegal dan Karanganyar Purbalingga.

Pondok ini kemudian diasuh oleh KH Muzammil dan KH Musta’id Billah, dan santrinya berjumlah ribuan. KH Hisyam selain menjadi pengasuh pesantren, juga aktif di NU.

Dirinya tercatat pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga selama tiga periode, yakni periode tahun 1973-1975, 1975-1978, dan 1978-1983. Kiai Hisyam wafat pada Hari Kamis Kliwon 4 Jumadil Akhir 1410 H atau bertepatan dengan tanggal 12 Januari 1989 M.

(Aji Setiawan)
 
 
 
 
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *