Melahirkan Pemimpin Muttaqiin
Oleh : Agus Fatah
“Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertaqwa” (QS: Al-Furqon : 74)
Melahirkan pemimpin yang bertaqwa (muttaqiin) adalah tugas dan tanggung jawab bersama ummat Islam (ulama dan cendekiawan muslimin). Ummat Islam tidak boleh menyerahkan urusan kepemimpinan dan kaderisasi kepemimpinan ummat kepada pihak lain.
Para pemimpin ummat Islam hari ini terutama para ulama dan cendekiawan muslim harus berpikir strategis bukan hanya menyiapkan program kaderisasi ulama, tapi juga umaro (pemimpin). Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, univeritas dan sejenisnya harus menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya ulama dan umaro yang muttaqien.
Kurikulum dan program pelatihan kepemimpinan harus dibuat secara berjenjang, berkesinambungan, kontekstual serta merekrut dan melibatkan putra putri terbaik ummat Islam dari berbagai lembaga dan organisasi Islam.
Materi materi tentang kepemimpinan mulai dari tinjauan historis hingga konteks kekinian dan masa depan dalam konteks keummatan, keindonesiaan, regional dan internasional harus disampaikan secara mendalam tanpa distorsi.
Kesadaran akan peran, tugas dan tanggung jawab intelektual dan kekhalifahan para kader terbaik ummat harus ditanamkan menghunjam jauh dilubuk hati mereka. Mereka harus dikenalkan, didekatkan dan dilibatkan dalam persoalan ummat dan diajak terlibat untuk mencarikan solusinya. Mereka harus tinggal bersama di desa bersama para petani, nelayan dan kaum buruh marjinal di di perkotaan.
Mereka merasakan, menghayati, merekam dan mengidentifikasi persoalan persoalan keumatan, mendampingi umat dan secara kreatif mencarikan solusi jangka pendek, menengah dan jangka panjangnya. Mereka diajak untuk merasakan lapar, sakit dan penderitaan ummat.
Para intelektual muslim dan ulama harus duduk bersama kembali membahas persoalan kepemimpinan ummat Islam dan mencarikan solusinya. Peristiwa 5 tahun terakhir dalam kancah percaturan politik di Indonesia harus menjadi pelajaran berharga untuk membuat strategi dan kaderisasi kepemimpinan ummat Islam dimasa mendatang.
Pesantren, universitas dan organisasi Islam harus mampu melahirkan santri yang satria, cendekiawan yang relawan dan pemimpin yang muttaqiin.
Bagaimana nasib ummat Islam di negeri ini ke depan, sangat tergantung dari keseriusan para ulama dan cendekiawan muslim menyiapkan konsep dan strateginya serta keistiqomahan lembaga pendidikan Islam seperti pesantren dan univeritas serta organisasi Islam mengkader putra-putri terbaik ummat untuk siap memimpin ummat dimasa mendatang.
Kalau bukan sekarang
Kapan lagi
Kalau bukan kita siapa lagi
“Barang siapa yang tidak peduli dengan persoalan kaum muslimin, maka ia bukan bagian dari kaum muslimin”.