KESEHATAN

BKKBN Bersama Yahya Zaini Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu di Kabupaten Nganjuk

Nganjuk, penapersatuan.com – Sosialisasi pencegahan stunting perlu dilakukan karena angkanya di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen. Maka sunting harus dicegah dan diberantas bersama. Direktorat Ketahanan Remaja (Dithanrem) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat mengadakan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu bersama M. Yahya Zaini S.H. Anggota Komisi IX DPR RI.

“Kalau banyak bayi terkena stunting bagaimana nanti menjadi negara maju yang mempunyai generasi cemerlang, sehat, cerdas, dan kuat di tahun 2045,” ujar Yahya Zaini dalam kegiatan sosialisasi yang digelar BKKBN di Dusun Sanan, Desa Mojoduwur, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, Ahad (1/10/2023).

Yahya menjelaskan stunting adalah kondisi gangguan tubuh karena kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan, 270 hari dalam kandungan dan 730 diluar kandungan.
“Kurang lebih usia bayi 2 tahun yang mana usia tersebut merupakan masa emas bagi pertumbuhan otak seorang manusia,” imbuhnya.

Yahya mengungkapkan pencegahan stunting merupakan langkah yang baik dengan dimulai sejak hulu hingga hilir.
“Mulai dari hulu yaitu dari remaja dan calon pengantin. Pencegahan stunting yang dilakukan sejak remaja diharapkan dapat menghindari pernikahan dini, seks pra nikah dan menjauhi narkotika dan terosime,” jelasnya.

Kedua, Yahya mengungkapkan kesiapan menjadi pengantin. Adapun usia yang ideal untuk perkawinan menurut BKKBN dan pemerintah yaitu 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Usia tersebut dapat dikatakan sudah baik secara fisik maupun mental dan sudah siap untuk melahirkan.

Yahya melanjutkan, pencegahan mulai dari hilir, yaitu mulai dari hamil sampai bayi usia 2 tahun. Adapun cara pencegahannya pertama, memberikan asupan gizi yang baik kepada ibu hamil dapat dengan makanan yang memiliki protein tinggi. Kedua, memberikan ASI eksklusif kepada bayi minimal selama 6 bulan, tidak ditambah dengan makanan apapun selain ASI. Ketiga, setelah 6 bulan boleh diberi makanan tambahan atau pendamping ASI (MPASI).

“Rutin membawa bayi ke Posyandu dan Puskesmas untuk ditimbang beratnya dan diukur tingginya, ini yang keempat. Jika sudah terdapat gejala terkena stunting maka harus segera dilaporkan ke Puskesmas supaya segera bisa diatasi,” tambahnya.

Yahya berharap semoga peserta yang hadir senang karena telah mendapatkan ilmu penting mengenai stunting.

“Jangan lupa untuk bersama menjaga lingkungan agar tetap bersih. Sehingga anak-anak nyaman dan sehat,” tutupnya.

(Diel/Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *