METROPOLITAN

Selamat Jalan Guru Main Pukulan Betawi ‘RED BEKSI’

Jakarta, penapersatuan.comInna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un. Pagi tadi mendapat kabar mengejutkan dari sahabat Jawara Betawi. Guru Basir Bustomi telah pulang ke Rahmatullah, pergi untuk selamanya.

Kabar yang saya terima, dada beliau sesak. Informasinya, beliau sakit pada asam lambungnya (GERD). Siapa sangka, beliau yang nampak terlihat gagah, segar bugar, terlalu cepat dipanggil Sang Khalik, mendahului kita semua.

Kami sangat berduka dan sangat kehilangan pejuang yg selalu membela Islam dan kehormatan kaum muslimin di negeri ini.

Semoga Allah ampuni segala dosa dan diterima amal ibadahnya. Yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan. Amin.

H. Basir Bustomi, SE adalah Guru Main Pukulan Betawi atau ilmu bela diri dari Perguruan Silat Beksi Merah (BeksiRed).

Beliau juga Panglima Brigade Jawara Betawi 411. Sebuah perkumpulan yang mempersatukan perguruan silat tradisi dan para jawara Betawi.

Guru silat yg dekat dengan ulama, habaib dan tokoh masyarakat Betawi itu selalu mengawal ulama dalam setiap Aksi Bela Umat (Islam) 2I2 dan 4I4 serta aksi lainnya.

Beliau bersama murid murinya dan para jawara Betawi selalu hadir dan berpihak dalam setiap juang dan gerakan membela kebenaran dan keadilan. Termasuk pengawalnya Anies Baswedan.

Di Politik, Baba Basir bergabung di Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Caleg untuk Dapil 7 (wilayah Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Pesanggrahan, Cilandak, Setia Budi).

Sekilas RED BEKSI

Baba Basir, begitu beliau akrab disapa, pernah bilang, “Menuntut Ilmu Kudu Ada Gurunya”.

Namun semua itu tergantung dari pemahaman ilmu bela diri yang telah dikuasai, sekaligus pengabdian dan ketekunan dalam proses belajar mengajar ilmu tersebut.

Disamping itu kudu ada keikhlasan dan keridhoan Sang Guru atas ilmu yang telah diberikan kepada muridnya.

Menurut Baba Bustomi dalam sebuah Podcast, bicara main pukulan Betawi, ada 316 Aliran Silat di Tanah Betawi. Salahsatu aliran silat khas Betawi itu adalah BEKSI.

Aliran ini awalnya dikembangkan oleh masyarakat dari daerah Kampung Dadap, kecamatan Kosambi, Tangerang.

Penemu aliran ini adalah Lie Tjeng Hok (1854-1951), seorang keturunan Tionghoa peranakan dari keluarga petani yang nenek moyangnya diperkirakan berasal dari Amoy (Xiamen), Tiongkok.

Kata bek berarti ‘pertahanan’, sedangkan kata si berarti ‘empat (penjuru)’. Jika dimaknai, kata beksi berarti pertahanan dari 4 penjuru mata angin.

Makna pertahanan dari empat penjuru mata angin sangat sesuai dengan jurus-jurus/kuda-kuda Beksi yang bergerak keempat arah, yaitu kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang.

Terdapat banyak pendapat mengenai asal istilah Beksi, namun menurut peneliti silat G.J. Nawi istilah itu perubahan dari kata aslinya Bhe Si, yang dalam bahasa Hokkien berarti ‘kuda-kuda’.

Jadi Beksi adalah ilmu beladiri khas yang merupakan percampuran antara ilmu beladiri keluarganya dan ilmu-ilmu beladiri yang dipelajarinya dari guru-guru silat Betawi.

Kakeknya, Lie A Djam, adalah seorang pendatang dari Amoi (sekarang Xiamen), Fukien, Tiongkok.

Guru-guru Betawinya disebutkan bernama Ki Jidan dan Ki Miah (atau ada yang menyebut Ki Maimah). Ilmu beladiri campuran itulah yg dinamakan Bhe Si, yang dalam bahasa Hokkian berarti ‘kuda-kuda’.

Lie Tjeng Hok mengajarkan ilmu beladiri tersebut pada murid-muridnya, baik peranakan Tionghoa maupun kaum Betawi pesisir di sekitar tempat tinggalnya di Kampung Dadap, Kosambi, Tangerang.

Salah seorang murid pribuminya yang paling berbakat adalah Ki Muharli (Marhali).

Kemudian Ki Muharli mempunyai murid peranakan Betawi bernama H. Gozali (Godjalih) bin H. Gatong, yang kemudian mengajarkan ilmunya pada murid-muridnya di Petukangan, Jakarta Selatan, serta di Batujaya, Batuceper, Tangerang.

Murid-murid utama H. Gozali antara lain Kong H. Hasbullah bin Misin, Kong M. Nur, Kong Simin, dan Kong Mandor Minggu, yang juga berguru pada Ki Muharli.

Lie Djie Tong dan penerusnya antara lain adalah yang meneruskan mengajarkan aliran ini di Kampung Dadap. Dari tempat-tempat tersebut, kemudian silat aliran Beksi ini tersebar ke berbagai tempat lainnya.

Setidaknya terdapat 120 sanggar silat Beksi di wilayah Jabodetabek, yang mana pada tahun 2016 para anggota sanggar silat tersebut turut serta dalam Girli dan Beksi Village Festival 2016 di Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper, Tangerang.

JURUS BEKSI

Umumnya perguruan silat Beksi memiliki 12 jurus dasar, yang masing-masing memiliki pecahannya.

Menurut empat guru besar perguruan Beksi di Petukangan, walaupun ada perbedaan nama-nama dan urutan jurus, setidaknya ada 3 jurus dasar yang sama nama dan urutannya, yaitu 1. Beksi, 2. Gedig, 3. Tancep.

Karena Silat Beksi lebih terfokus pada unsur seni tradisional, maka perguruannya tidak masuk dalam organisasi olahraga IPSI.

Setiap perguruan dan aliran memiliki ciri khas masing-masing. Pada beksi, jurusnya sangat mudah diciri dari gerakan pukulannya. Beksi memiliki pukulan keras, cepat, dan posisi tangan yang terbalik atau yang dalam bahasa Betawi disebut sebagai pukulan celentang.

Berikut ini nama-nama jurus Beksi, menurut Eddy Wijaya (H. Oki):

Loco Buni (Pukulan Celentang), Goleng (Ngeles/Menghindar), Bandut Atas – Bandut Bawah,

Lalu Singkur Kiri – Singkur Kanan,Tiles (Pukul Kanan), Jejek KakiRaub, atau Saub (untuk tangan), Dedak Kuda ke Tanah, Tangkis Sikut Belakang – Sikut Depan, Kibas Luar,Tangkep Dalem – Tangkep Luar, Kepret: arah bawah samping dan ke muka dengan jari, Totok dengan jari ke muka, Jurus Cabut Pisau, Jurus Pedang, Tangan Kosong, Jurus Pedang Serangkai, Jurus Bangau Terbang, Jurus Ganden, Jurus Toya (Jurus Toya 1 – Jurus Toya 2), Susul (Dobel Pukulan), Baduk Kebo, Tekuk Saub

Selain itu, ada pula disebutkan jurus Beksi yang menggunakan kaki, disebut Sam Kauw atau Resiah Sembilan.

(Desas/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *