OPINI

Antara Persepsi dan Realita

Oleh: H. J. Faisal*

Terkadang persepsi akan sebuah realita atau kenyataan memang lebih memegang peran yang lebih penting daripada realita itu sendiri. Realita yang menyedihkan, dapat dibuat menjadi menyenangkan dengan persepsi yang menyenangkan pula tentunya. Sebaliknya, meskipun realitanya sudah sangat menggembirakan, namun bisa saja terlihat sangat menyedihkan, jika persepsi yang dibangun adalah persepsi yang menyedihkan pula. Namun biasanya, dengan alasan optimisme, maka keadaan atau kondisi pertama yang sering dilakukan oleh banyak orang, yaitu meskipun realitanya menyedihkan tetapi dapat dibuat menjadi menyenangkan dengan membuat persepsi yang menyenangkan, meskipun tanpa memperhatikan data-data dan fakta yang ada.

Adapun definisi persepsi menurut Wagner dan Hollenbeck (1995) adalah sebuah proses yang mana seseorang dapat memilih, mengelola, menyimpan, serta menginterpretasikan atau menafsirkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan melalui pengalaman (experiences) dan kelima indera yang dimiliki oleh manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan Indera perasa (sight, hearing, touch, smell and taste).

Dari definisi para ahli tersebut, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sesungguhnya sebuah persepsi hanyalah sebuah penilaian yang bersifat subjektif, dan bukan berdasarkan data-data empirik ilmiah, juga bukan berdasarkan atas sebuah strategi yang sistematis.

Ya, bagi mereka yang selalu berbicara dan bertindak tanpa data, persepsi justru menjadi tolak ukur mereka dalam berbicara dan bertindak. Ditambah lagi tanpa strategi yang benar, atau bahkan mungkin tanpa strategi samasekali. Dan dapat dipastikan pula jika tindakan yang mereka lakukan akan keluar dari jalur yang benar (off the track), keluar dari konsep yang seharusnya, dan pastinya akan ‘tabrak sana tabrak sini’ dalam mengambil sebuah keputusan.

Dengan demikian, maka dapat dipastikan, keputusan yang diambil tersebut merupakan keputusan yang tidak berdasar, absurd, dan tidak mempunyai dasar sustainability (keberlanjutan) yang kuat. Artinya, sebuah keputusan manajerial yang diputuskan tanpa melihat data-data dan penggunaan diksi yang benar, sesungguhnya hanya merupakan sebuah keputusan yang berdasarkan persepsi kosong atau keputusan fatamorgana semata.

Keputusan tersebut akan terlihat seperti sudah tepat dan akan berhasil, tetapi sebenarnya sangat melenceng dan akan menjadi bumerang bagi si pengambil keputusan itu sendiri. Kalaupun memang ternyata tepat, biasanya itu hanyalah sebuah kebetulan belaka, dan kalaupun keputusan tersebut ternyata salah, ya memang sudah seharusnya salah, karena diambil berdasarkan konsep strategi yang tidak jelas dan data-data yang salah atau absurd.

Sedangkan bagi mereka yang selalu bertindak berdasarkan data-data, dan strategi yang benar dan sistematis, maka dapat dipastikan keputusan yang diambil merupakan sebuah keputusan dari sebuah hasil pemikiran yang sistematis berdasarkan data dan berdasarkan perhitungan yang matang. Kalaupun memang ada bias, maka bias tersebut tidak akan besar dan melebar. Sehingga tidak terlalu melenceng dari perhitungan dan konsepsi awalnya.

Keputusan yang diambil berdasarkan data, bukanlah sebuah keputusan yang subjektif, karena pastinya akan terbebas dari segala macam bisikan atau pengaruh orang lain. Keputusan yang diambil berdasarkan data akan terbebas dari pengaruh emosional dan bebas dari pengaruh laporan palsu orang lain yang hanya ingin membuat si pengambil keputusan merasa senang, tetapi sebenarnya justru akan menjerumuskannya secara perlahan.

Namun banyak dari kita, baik sebagai pribadi, kepala keluarga, pemimpin masyarakat, pemimpin organisasi baik organisasi besar maupun kecil, yang terkadang tidak mampu untuk membaca data dan fakta yang sebenarnya, dan juga tidak mampu untuk membuat data-data berdasarkan fakta dari kegiatan yang telah dilakukan, yang nantinya akan dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk kegiatan yang selanjutnya.

Secara umum, rakyat negara ini memang masih terlalu enggan untuk berurusan dengan data, karena memang budaya bangsa Indonesia yang rakyatnya malas untuk bersentuhan dengan yang namanya ilmu pengetahuan, terutama ilmu tentang data dan angka. Apalagi dengan banyaknya permisif untuk ‘memainkan’ dan memanipulasi angka dan data yang sesungguhnya.

Tujuan pragmatisme akan harta dan kekuasaan masih sangat mendominasi pola hidup rakyat bangsa ini, dibandingkan dengan niat untuk memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat,

Bangsa ini lebih senang mendengar (audio) daripada mencatat, membaca dan menulis. Lebih senang menonton (visual) daripada berargumentasi secara ilmiah, lebih senang mengandalkan orang lain untuk membantu diri mereka daripada berusaha untuk membantu diri sendiri berdasarkan kekuatan pemikiran sendiri, lebih senang menggunakan teknologi hasil ciptaan bangsa lain daripada menciptakan teknologi itu sendiri, dan pastinya lebih senang mengeluarkan banyak persepsi daripada banyak solusi berdasarkan data, diksi, logika dan pemikiran yang cerdas.

Kelemahan-kelemahan karena kurangnya ilmu pengetahuan inilah yang akhirnya selalu dimanfaatkan oleh pihak-pihak asing, sehingga meskipun bangsa ini memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, tetapi sangat kekurangan pemikiran cerdas dan kejujuran dari sumber daya manusianya.

Belum lagi masalah kekurangan adab dan akhlak rakyat bangsa ini yang semakin mengkhawatirkan, termasuk akhlak dan adab para petinggi negara (baca: eksekutif, legislatif, yudikatif) yang suka sekali berkorupsi, berkonspirasi jahat, memanipulasi angka dan data yang sebenarnya, tidak perduli dengan kesulitan rakyat, dan juga sebagian besar tingkah polah petinggi partai politik di negara ini yang sepertinya tidak tahu malu untuk mendapatkan kekuasaan, meskipun dengan melakukan berbagai macam transaksi politik……atau….apakah itu semua hanya persepsi saya saja, ya?

Wallahu’allam bisshowab

Jakarta, 21 Juni 2023/ 2 Dzulhijah 1444 H

*(Penulis adalah: Pemerhati Pendidikan/Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor/ Waketum PJMI/Anggota PB Al Washliyah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *