DAERAH

Perkembangan Teknologi Informasi yang Semakin Pesat Menuntut Pemahaman Penggunaan Medsos yang Benar dan Bertanggungjawab

Makassar, penapersatuan.com – Kuliah Umum Literasi Digital Sektor Pendidikan Perguruan Tinggi dengan tema Etika Bermedia Sosial sukses diadakan di Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar.

Acara yang terselenggara atas kerja sama STIBA Makassar dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Agama RI ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Wakil Menteri Agama, Dr. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si, sebagai narasumber utama.

Dalam kuliah umum ini, wakil menteri membahas mengenai pentingnya literasi digital di sektor pendidikan, terutama dalam memahami etika bermedia sosial. Ia menyampaikan bahwa perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menuntut adanya pemahaman yang lebih baik mengenai penggunaan media sosial yang benar dan bertanggung jawab.

“Berita yang datang ke kita itu ada dua kemungkinan, benar atau salah.
Kalau salah itu pasti tidak boleh kita sebarkan, karena kalau kita share artinya kita juga ikut berbuat kemaksiatan. Sedangkan yang benar, ada dua kemungkinan. Pertama, yang benar belum tentu baik, dan yang baik belum tentu tepat baik waktu, tempat, dan situasinya. Sehingga kita harus bijak dalam menyampaikan setiap informasi,” ujar Kiai Zainut Tauhid Sa’adi, Kamis (11/05/2023).

Selain itu, kuliah umum ini juga dihadiri oleh narasumber lainnya, yaitu H. Anshar Syukur, M.I.Kom., Ketua Satuan Tugas Nasional (Satgasnas) Pandu Digital Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI) dan Dr. Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. dari Komisi Fatwa MUI Pusat dan dosen STIBA Makassar. Keduanya turut menyampaikan pandangan dan pengalaman mereka dalam mempromosikan literasi digital dan etika bermedia sosial di masyarakat.

H. Anshar Syukur dalam pemaparannya menekankan pentingnya menyiapkan SDM bertalenta digital bahkan telah menjadi program prioritas pemerinta pusat. Menurutnya, SDM yang disiapkan melalui program ini bukan hanya dari sisi skill-nya. Bukan hanya menyiapkan bagaimana menjadi konten kreator, tetapi yang juga dibutuhkan selain itu adalah karakter.

“Jangan sampai kita hanya memproduksi konten, menjadi youtuber, programmer, menjadi gamer, lalu akhirnya menjadi hacker yang menjadi musuh negara karena konten-konten yang dibuat itu. Sehingga harus berbarengan antara penyiapan karakter dengan pembelajaran keterampilan teknologi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. dari Komisi Fatwa MUI dan Dosen STIBA Makassar, menjelaskan bahwa media informasi telah dikenal sejak dulu, bahkan sejak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ustaz Yusran kemudian menyebutkan beberapa contoh media informasi pada masa Rasulullah seperti azan maupun surat.
Pada bagian akhir pemaparannya, Ketua Senat STIBA Makassar tersebut membacakan intisari dari fatwa MUI Pusat terkait etika bermedia sosial.

Kegiatan kuliah umum yang diikuti seluruh civitas academica STIBA Makassar ini berlangsung bakda Asar hingga salat Isya di Masjid Anas bin Malik. Kuliah Umum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman mahasiswa dan dosen tentang pentingnya literasi digital dan etika bermedia sosial dalam dunia pendidikan.

(Cekre/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *