Anggota DPR RI F-PPP Desak Pemerintah untuk Mengendalikan Naiknya Harga Kedelai
PENAPERSATUAN – Anggota Komisi VI DPR RI, Elly Rachmat Yasin mendesak pemerintah untuk mengendalikan harga kedelai yang saat ini merangkak naik. Menurutnya, kenaikan harga kedelai ini membuat para perajin tahu dan tempe tercekik.
“Kasihan para perajin tahu dan tempe kalau harga kedelai fluktuatif, apalagi melambung tinggi. Kenaikan harga kedelai ini membuat perajin tahu dan tempe sulit mendapatkan untung,” kata Elly dalam keterangan tertulis yang terima tim Parlementaria, beberapa waktu yang lalu.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini pun menekankan kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) agar menetapkan harga kedelai impor yang stabil. Sehingga, tidak ada lagi perubahan atau fluktuasi harga yang mempersulit perajin tahu dan tempe.
Tak hanya itu, Elly juga memberi solusi jangka panjang dengan meminta pemerintah mengurangi ketergantungan pada impor kedelai. Ia berharap adanya langkah sistematis guna meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Harapannya dengan hal ini ketergantungan terhadap impor menjadi berkurang.
“Saatnya sekarang pemerintah mengurangi ketergantungan dengan impor kedelai dan meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Kalau masih tergantung dengan impor, Indonesia tidak bisa mengendalikan harga kedelai,” jelas legislator dapil Jawa Barat V itu.
Elly menilai ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai masih tinggi. Diketahui, impor kedelai mencapai 80 persen lebih untuk kebutuhan nasional setiap tahunnya. Sehingga Indonesia menjadi sangat tergantung dengan negara pengekspor. “Saat harga kedelai di negara pengekspor naik, begitu juga harga kedelai di dalam negeri, sehingga harga kedelai mengalami fluktuasi,” pungkasnya.
Sebagai informasi, data yang dilaporkan Kemendag menyebutkan harga kedelai dunia pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per gantang. Harga tersebut diperkirakan naik terus hingga Mei 2022, menjadi 15,79 dolar AS per gantang.
Kenaikan harga tersebut berdampak harga kedelai di tingkat importir Indonesia pada minggu pertama Februari 2022 yang tembus hingga Rp11.240/kilogram. Terlebih, jika harga kedelai impor mencapai Rp12.000/kilogram, diprediksi harga tempe akan naik menjadi Rp300 per kg dan harga tahu naik Rp50 per potong.
Industri tahu tradisional semakin menjerit, keluhan dampak inflasi akibat kenaikan harga minyak goreng dan kedelai saat ini juga memukul industri tahu. “Nggak ketemu hitung-hitungan biaya produksi dan hasil penjualan,” kata Salah, pengrajin Tahu di Bukateja.
Untuk produksi tahu 10 kilogram kedelai dengan harga 23000 per kg dan dibutuhkan 5 kilogram dengan harga minyak goreng @Rp 25000 belum bensin untuk mesin diesel paling tidak satu liter. Semua sudah untuk biaya produksi, paling ditambah plastik dan garam Rp 20000.
“Sampe sore ini, belum terkumpul Rp 300.000,” kata penjual tahu. “Sekarang banyak pengrajin tahu, gulung tikar,” katanya penuh prihatin. Untuk mengantisipasi lebih parah gejolak harga, selain tiada cara lain dengan memperkecil ukuran bentuk tahu.
(Adj/Ast/Kkp)