PPP Harus Jeli dan Cermat dalam Mengambil Kebijakan
Depok, Pena Persatuan – Dinamika perkembangan politik dalam tubuh partai berlambang Ka’bah ini dari pemilu ke pemilu, suaranya terus menurun. Perlu kerja ekstra keras buat Ketua Umum terpilih untuk dapat kembali membesarkan partai dan menarik simpati konstituen untuk kembali memberikan aspirasi politiknya pada PPP.
Menurut Mazhab, HM politisi senior PPP Kota Depok, kalau bicara sejarah PPP memang mempunyai sejarah yang sudah cukup panjang. Dari berbagai zaman, dari berbagai era, perkembangan PPP ini penuh dengan dinamika. “Para pengurus PPP dari tingkat pusat, wilayah juga cabang ini harus tahu dan faham pemilih PPP sesungguhnya yang mana. Kalau kita bicara NU, NU itu sudah punya PKB, bicara nasionalis wong cilik mereka sudah PDIP. Lalu irisan PPP ini pemilihnya ada di mana itu yang harus di cermati,” terang anggota Komisi C DPRD Kota Depok itu.
Menurut Wakil Ketua DPC PPP Kota Depok ini, jangan sampai PPP mengekor, membela sesuatu yang sejatinya orang itu tidak memilih PPP. Jadi PPP harus cermat dan jeli, kalau orang NU Jawa Tengah juga Jawa Timur loyal pada PPP tentu akan banyak kursi yang didapat PPP, merosotnya suara PPP merupakan tanda bahwasanya orang NU itu sudah mempunyai PKB, nasionalis wong cilik sudah punya PDIP, PPP harus cerdas memilih, pemilihnya itu ada dimana.
“Artinya apa, artinya pemilih PPP itu bukan NU minded juga bukan nasionalis minded, dengan adanya berbagai peristiwa dalam PPP yang saat ini ada dan terjadi, sejatinya pemilih-pemilih PPP ada dalam irisan organisasi seperti yang ada di FPI, ada di PA 212, karena memang eranya saat ini seperti itu, saya ini orang NU tapi memang tidak struktural,” terang politisi PPP yang sudah menjabat anggota DPRD selama enam periode itu.
Sebagai kader juga politisi PPP yang sudah teruji dengan enam kali menjabat sebagai anggota DPRD Kota Depok, dirinya berharap, ketika ada kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan ummat, pengurus PPP harus bijak dalam membuat statement, lihat dulu kepentingan ummat yang mana jangan asal buat statement, bahaya itu buat PPP.
“Ingat PPP saat ini tinggal 19 kursi di DPR RI, kalau kita bicara perjuangan PPP dari dulu terkait kebijakan pemerintah, PPP kadang menggelengkan kepala, kadang menganggukkan kepala. Anggukkan kepala kalau kebijakan itu memang menguntungkan buat ummat, gelengkan kepala kalau memang kebijakan itu memang tidak berpihak pada ummat. Sekaramg yang terjadi ngangguk terus, itu yang jadi persoalan, jangan kita mengangguk terus tapi kita juga harus dapat melihat kepentingan juga dampaknya bagi PPP itu sendiri,” ujar Mahzab sedikit kesal.
Harusnya, ucap politisi yang dapat julukan Prof dari kawan-kawannya yang ada di DPRD Kota Depok, kalau memang PPP tidak bisa mengambil statemen yang baik, PPP lebih baik diam. Menurutnya, PPP ini harus ada di tengah-tengah dalam rangka mengakomodir kepentingan ummat yang tidak terakomodir di dua irisan yang telah disampaikannya diatas.
“Saya kira gini, saya sebagai orang PPP yang memang dari kecil sudah PPP dan menjadi anggota Dewan pun sudah enam periode. Saya pingin PPP itu seperti dulu, PPP harus kembali pada ghirahnya, kembali kepada marwahnya. Yang mana sih marwah PPP itu, ya tadi itu, harus dapat mengangguk juga menggelengkan kepala, menggelengkan kepala terus-meneruspun tidak bagus, begitu juga sebaliknya. Jadi PPP memang harus kembali kepada perjuangan awal, PPP harus bisa menjadi pemersatu dari berbagai Ormas Islam yang ada,” pungkas Mazhab.
(Fadillah Fahmi)